Menu

Let's Make Story قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ Ikatlah ilmu itu dengan tulisan!

Tuesday, April 5, 2016

Surat Ibu Untuk Aktivis Kampus


Orang bilang anaku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor di kampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang d sebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis.. Tapi bolehkah aku sampeikan padamu nak??? Ibu bilang engkau hanya seorang putra ibu yang lugu. Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapiapakah menghabiskan waktu bersama ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak??? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berpikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.Anakku, kita memang berada di satu atap nak, di atap yang sama saat dulu kau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? Ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hariibu tunggu kehadiranmu di rumah, dengan penuh do'a agar allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ahh, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelahdengan segala aktaifitas mu, hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Katamu engkau sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibuingin sekali mendengar kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikitnasihat, yang ibu yakin engkau lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu nak? Yang 9 bulan waktumu engkau habiskan di dalam rahimku.Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuknak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir kali engkau menanyakan kabar ibumu ini nak?. Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan acaramu?. Kapan terakhir kali engkau menanyakan kabar keluargamu nak? Apakah itu semua tidak lebih penting dari organisasimu nak?Anakku ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memnag nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu takan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau selesaikan.tapi bukankah keluargamu ini tugasmu juga nak? Bukankah keluargamu ini amanah juga yang harus kau jaga nak?Anakku ibu mencoba buka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat di sana-sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, di sana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi danharapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu berada d sana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak engkau ada d rahim ibu, tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu nak, putra kecilku.Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? Dimana engkau letakan keluargamu dalam sekala prioritas yang engaku buat?ah waktumu terlalu mahal nak. Sampai2 ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agae engkau bersama ibu.Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhrinya, pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kakak dan adik. Akhirnya tak maju sedetik tak mundur sedetik. Dan hingga saat itu datang jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu untuk di ucapkan. Tentang rindu kebersamaan yangterlambat teruntai.Untuk mereka yang kasih sayangnya takan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah, bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu, atas segala aktifitas yang kita lakukan karena tanpa ridha-MU mustahil ku peroleh ridh-oNYA.."


Sedikit coretan ini kadang memukul ku. karena aku belum mengertia artinya berjuang. :v